Selasa, Oktober 30, 2012

SURAT DARI SERENA ( Sebuah Jawaban)

Dear Restu,

Apa kabarmu? Lama kita tidak saling berkomunikasi. Foto-foto punggungmu aku pikir lebih keren dari kamu yang sesungguhnya, jangan pernah diubah ya. Hehe..

Tapi ingat Restu, seberapa besarnya masalahmu, jangan terus kamu memunggunginya. Kamu harus berani menghadapinya. Aku tahu, kamu sebenarnya lebih pintar dan bersemangat dari penampilanmu yang sebenarnya. Aku juga cukup paham, kamu sangat baik dan lebih mengutamakan orang lain dengan sungguh-sungguh, terutama orang yang kamu sayangi.

Oh ya, Restu satu hal yang sangat aku paham yaitu kamu penulis yang baik. Kamu calon pengusaha dan penulis buku yang akan banyak menginspirasi orang nantinya. Aku selalu rindu berbagi tulisan denganmu, Restu. Kapan lagi kau tulis untukku tulisan-tulisan indahmu yang dulu pernah warnai dunia. Tulisan terindahmu yang pernah kamu bagi untukku. Suatu harap aku berharap kita dapat membagi tulisan lagi dan mensinergikan apa yang ada di kepala kita menjadi sebuah kalimat, dengan caramu yang aku suka dan membiarkan caraku menghiasinya. Ingat mimpi kita Restu, tulisan hasil kolaborasi kita yang menghias rak-rak di toko buku di seluruh Indonesia sebagai sebuah harga mati yang tak dapat ditawar lagi untuk diwujudkan.

Restu, teruslah menulis semua hal yang kamu impikan untuk kau raih. Bahkan hal-hal yang menurut orang lain tidak mungkin kamu gapai. Namun jangan hanya menuliskannya saja, kejarlah! Rebutlah mimpi itu, Restu! Kamu tidak akan tahu sakitnya ketika jatuh, atau manisnya sebuah keberhasilan jika kamu hanya diam dan menunggu.

Arahmu sudah benar, Restu. Aku selalu memimpikan menjumpai kafe bukumu di Muenchen, di Vienna atau sejajar dengan Champ de Ellys. Tahun kemarin aku sudah mencicipi keliling Eropa selama 40 hari (Aku sudah membagikan foto-fotoku). Hal yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku yang gadis kampung saja bisa Restu, apalagi kamu. Kelak kita bisa bersama-sama mengelilingi benua biru ini. Aku bersedia menjadi tour guidemu.

Jangan pernah merasa sendiri dalam berjuang, Restu. Aku selalu ada merindukan tulisan-tulisanmu. Aku juga masih menunggu rumah art deco, Mercy C-class dan Hummer terparkir di garasi rumahmu. Kelak aku akan meminjamnya, hehe...

Oh ya Restu, aku menulis ini di depan Museum Louvre, di depan Piramid kaca itu. Bangunan Post modern yang dulu sering kamu singgung kontradiktif dengan bangunan yang bergaya Renasaince sebagai bangunan utamanya. Aku sedang menikmati bulan maduku bersama suamiku. Maaf tak mengundangmu ketika hari bahagia itu. Semoga kamu memahaminya.

Serena.