Rabu, Juli 23, 2008

MI’RAJ DALAM TINJAUAN KOSMOLOGI MISTISISME

By ; Langit Mularto

Mi’raj merupakan aspek kebudayaan Islam populer yang telah mendarah daging, dan menjadi tema kajian yang tak pernah berakhir atau objek alusi dalam kebudayaan Islam. Sejak awal, riwayat-riwayat tentang mikraj memiliki kedudukan khas dalam spiritual Islam. Naiknya Muhammad menjadi wacana yang tidak berkesudahan.
Peristiwa itu disinggung terus-menerus melalui alusi-alusi yang lembut, disertai pembahasan tentang wahyu, penglihatan kepada Allah, dan penglihatan seseorang yang tengah melakukan kontemplasi.

Mikraj tidak digambarkan dalam satu wacana yang khusus dalam Al-quran. Bukti tekstual Alquran yang utama untuk konsep ini ada;ah ayat pertama dari Surah Al-isra (Q.S. 17:1)
Mahasuci Dia yang membawa hamba-Nya dalam perjalanan di malam hari dari tempat sholat yang disucikan (masjid al-haram) ketempat shalat yang paling jauh (masjid al-aqsha) yang telah Kami berkahi dengan berkah Kami, sehingga Kami bisa tunjukkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kami. Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Ayat ini digabungkan dengan pemaparan tentang visi kenabian Muhammad (Q.S. 53:1-8), dan elemen-elemen lain dari peristiwa pandangan itu, seperti pohon lot (sidrah), yang kemudian dipadukan kedalam topografi Mikraj. Ayat ini juga dihubungkan denagn ayat Alquran lain yang terkenal, yakni tentang, “dibukanya dada Nabi Muhammad”. Surah Alquran yang pendek berikut menjadi bukti tekstual tentang pengambilan hati Nabi Muhammad dan penyusiannya dengan air Zamzam.

Bukankah telah Kami buka dadamu
Dan kami telah menghilangkan bebanmu darimu
Yang telah memberatkan punggungmu
Bukankah kami telah meninggikan sebutan namamu
Dalam setiap kesulitan ada kemudahan
Sesungguhnya dalam setiap kesulitan terdapat kemudahan
Ketika kamu bebas tetaplah bersiap
Dan kepada Tuhanmu, hendaklah kamu berharap
(Al-Insyirah, Surah ke-94)


Gambaran tentang Mikraj tampak semakin meluas seiring dengan merasuknya tradisi Islam kedalam berbagai wilayah yang berbeda, ditambah beberapa penjelasan yang lebih luas tentang tingkatan-tingkatan neraka dan gambaran fisik keadaan tempat para Nabi di langit yang tujuh.
Dalam beberapa kumpulan hadits paling awal, elemen-elemen penting Alquran (pohon lot [sidrah] dibatas yang jauh [al-muntaha]), sidrah-al-muntaha, pewahyuan Nabi Muhammad, dan pembukaan dada Nabi Muhammad ditemukan dalam tingkatan yang beragam dari naiknya Nabi Muhanmad melewati tujuh langit.

Riwayat-riwayat tentang mikraj menghubungkan tema-tema Alquran itu dengan tema-temapenting lain yang tidak disebutkan dalam Alquran. Nabi dibawa ke Jerussalem, Muhammad memasuki rumah kesucian (bait al-maqdis). Dari sana ia naik melewati tujuh langit, melihat rumah kehidupan (bait al-ma’mur) atau sebuah analogi surgawi.

Tidak diketahui dengan pasti apakah sebelum atau sesudah melihat sidrah (tergantung riwayatnya), Nabi Muhammad datang kehadapan Tuhan dan diperintahkan untuk memerintah umatnya mendirikan shalat yang diwajibkan limapuluh kali sehari. Lalu atas anjuran Nabi Musa, ia terlibat dalam satu rangkaian negosiasi, dan akhirnya ia mendapatkan perintah shalat lima kali dalam sehari yang pahalanya sama dengan shalat limapuluh kali dalam satu hari.

Hadits-hadits ini menyuguhkan beberapa variasi menarik dalam tema yang luas ini. Dalam salah satu hadis dicertakan bahwa Nabi naik melewati langit, langsung setelah dadanya dibuka;dan dalam hadits itu, perjalanan malamnya menuju Masjud al-aqsha dan Bait-almuqqaddas tidak disebutkan. Pada shahih Muslim akhir riwayatnya berbeda denag penglihatan sidrah setelah melakukan negosiasi tentang jumlah kewajiban shalat.

Meskipun begitu, versi yang lain dalam shahih Muslim dimulai dengan pembukaan dada Muhammad, langsung berpindah pada peristiwa Mikraj (tanpa menceritakan perjalanan menuju Jerussalem), dan menempatkan bagian kisah tentang pengujian dengan anggur dan susu setelah peristiwa Mikraj.

Berbeda pula dalam sirah karya Ibn Ishaq yang dikisahkan kembali oleh Ibn Hisyam. Cerita tentang Mikraj diceritakan lebih mendetail ketimbang yang terdapat dalam hadits riwayat Muslim. Lebih jauh, masalah-masalah teologis yang terungkap didalamnya turut membedakan kedua riwayat ini. Ibn Hisyam memunculkan perdebatan-perdebatan awal sekitar validitas dan kemungkinan peristiwa perjalanan dimalam hari itu. Ia juga mengungkapkan pandangan Nabi Muhammad saw., Aisyah bahwa perjalanan dimalam hari dan Mikraj merupakan peristiwa yang murni bersifat spiritual. Sambil bersumpah, Aisyah menyatakan bahwa ia bersama Nabi selama waktu itu dan bahwa tubuhnya tidak berpindah sama sekali.

Wallahu a’lam bishawab.


Minggu, Juli 20, 2008

Imam Mahdi : Konsep Teologis Akhir Zaman (II)

By : Langit Mularto
Pola itu berlanjut

Pola yang (kurang lebih) sama terus berkembang pada kemunculam Ahmadiyah. Muncul pada masa kolonialisme Inggris di negara India, hingga menguat dugaan kemunculannya lebih kenuansa politis. Banyak dugaan kemunculan Mirza ghulam ahmad sebagai Al-Mahdi dibiayai oleh kolonialisme Inggris waktu itu untuk memecah belah kekuatan Islam dan melawan kekuatan Hindu disana.
Dalam kepercayaan yang dipegang Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad dipercaya sebagai Al-Mahdi yang telah dijanjikan oleh Nabi Muhammad SAW. Meskipun ada perbedaan keyakinan tentang pandangan mereka terhadap Mirza Ghulam sendiri.
Pandangan pertama, adalah kelompok yang mempercayai Mirza sebagai mujaddid (pembaharu) dan sekaligus seorang Nabi. Pandangan ini dipercayai oleh kelompok Ahmadiyah Qadian. Di Indonesia kelompok ini disebut Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI) yang berpusat di Bogor.
Pandangan kedua, kelompok yang mempunyai keyakinan bahwa Mirza Ghulam hanya sebagai mujaddid (pembaharu) dari ajaran Islam. Pandangan ini dipercayai oleh kelompok Ahmadiyah Lahore. Di Indonesia kelompok ini disebut Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) yang berpusat di Yogyakarta.

Lia Eden

Di Indonesia sendiri yang cukup menonjol adalah Jemaah Salamullah pimpinan Lia Aminuddin. Sedikit berbeda dengan pola pengakuan Imam Mahdi yang lain, Lia Aminuddin mengaku hanya sebagai perantara turunnya Imam Mahdi. Anaknya, Ahmad Mukti yang didaulatnya sebagai Imam Mahdi nantinya.
Trinitas yang diyakini umat Nasrani, juga diyakini oleh Lia. Dalam konteks yang berbeda dia menganggap didalam dirinya terdapat 3 ruh, ruh Malakat Djibril, ruh Siti Maryam, dan ruh Ibu Ahmad. Seperta halnya juga Rasullulah yang Ummi, Lia pun menyatakan sebelum perjumpaan dengan “Malaikat Djibril”, ia tak bnayak mengetahui Islam. Tokoh yang paling mempengaruhi pemikirannya adalah temannya bernama Abdul rachman,yang cukup banyak memperdalam Islam di IAIN (UIN) selain “Malaikat Djibril” tentunya.

Islam tidak sendiri

Selain Islam, agama-agama lain seperti Yahudi, Nasrani , Majusi dan Hindu juga sangat menantikan kedatangan seseorang yang bakal muncul membawa keamanan dan keadilan kepada dunia.
Orang Yahudi mazhab orthodoks percaya bahwa akan lahir Imam Mahdi dari kalangan mereka. Mereka ini disebut golongan Mesianic yaitu golongan yang percaya akan tibanya sang juru selamat. Keyakinan ini didasari oleh Kitab Perjanjian Lama, Kitab Kejadian (Genesis) 18:20
“ Bagi Ismail, Aku mendengar doanya ; Sungguh, Aku akan memberkatinya dan menjadikanya mewah dan Aku akan kembang biakkan keturunannya, Dua Belas Raja akan dilahirkannya dan Aku akan jadikannya bangsa yang besar”.

Hal ini diperkuat dalam Mazmur 37, 10-37 yang berbunyi :
“ …dan Allah akan memunculkan para wali yang akan menjadi pemilik dunia ini dan menyelesaikannya selama-lamanya”

Umat Nasrani juga sangat yakin dengan konsep Imam Mahdi ini. Meskipun konsep kepercayaan yang lebih bersifat literal dan bukan sebuah kewajiban untuk mempercayainya. Imam Mahdi yang dimaksudkan itu sebenarnya adalah Nabi Isa As sendiri. Hasilnya, pada tahun 1890 terjadilah Gerakan Taiping yang dipimpin Hung Hsiu-Chuan yang mengaku sebagai Imam-Mahdi dan sekaligus jelmaan suci Nabi Isa AS.

Konsep Imam Mahdi juga diyakini oleh umat Hindu. Dalam kitab “Veda” yaitu salah satu kitab suci dalam agama hindu, tertulis suatu ayat yang berbunyi “ Pada penghujung (umur) dunia, setelah berlaku penyelewengan dimuka bumi (muncul) seorang pemimpin yang dipanggil Mansur. Dia akan menguasai seluruh dunia, dia amat dikenali orang baik yang beriman ataupun kafir, dan apa saja yang dimintanya, Tuhan akan tunaikan”.

Selasa, Juli 15, 2008

SEBUAH APHORISMA (I)

By : Langit Mularto
DIMANA AKU


Ketika setiap hela napas-Mu untuk ku
Dimana aku.....

Ketika setiap detak jantung-Mu untukku
Dimana aku....

Ketika setiap jejak langkah-Mu untukku
Dimana aku ......

Ketika dalam sunyi selalu saja namaku yang Kau sebut
Dimana aku .....

Ketika dalam majlis suci-Mu selalu saja namaku yang Kau ucap
Dimana aku .....

Ketika tahlil Kau kumandangkan
Ketika tahmid Kau perdengarkan
Ketika tasbih Kau ucakan
Dimana aku .....

Ketika lisan-Mu untukku
Ketika Rasa-Mu untukku
Ketika Indra-Mu untukku
Ketika cinta-Mu untukku
Tak ada aku di sisi-Mu



Oleh :Mularto
Tanah Kusir
15 Juli 08

Senin, Juli 07, 2008

Imam Mahdi : Konsep Teologi Akhir Zaman (I)

Orriginal by : Mularto
Dalil hadist shahih yang menyatakan akan munculnya Al-Mahdi cukup banyak. Beberapa diantara hadits tersebut terdapat hadits yang secara tersurat (eksplisit) menyebutkan kemunculan Imam Mahdi dan lebih banyak yang lain hanya mengungkapkan identifikasinya saja.
Diantara hadits tersebut adalah dari Abu said Al khudri ra. “Rasullulah bersabda : artinya pada masa akhir umatku akan muncul Al-Mahdi. Pada waktu itu Allah menurunkan banyak hujan, bumi menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan banyak harta, ternak,umat menjadi mulia dan dia hidup selama tujuh atau delapan tahun.” (Mustadrak al-Hakim 4:557-558). Beberapa ulama menyatakan hadits ini shahih tetapi Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya.

Kegaiban Imam Mahdi Syiah

Bagi syi’ah, Imam Mahdi adalah Muhammad bin Hassan Al-Askari yang gaib (tidak kelihatan oleh mata) tetepai senantiasa melihat kehidupan umatnya. Syiah menggunakan dalil Al-Quran surat At-taubah :105 artinya” Dan berkatalah ; “bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan mu itu dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata”.
Dalam kitab Yanabiul Mawaddah (kitab hadits Syiah) terdapat hadits yang menyatakan kegaiban Al-Mahdi.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah, beliau bertanya “Wahai Rasullulah, adakah Al-Qaim dari anak cucumu akan ghaib ? Rasullulah menjawab ,”Ya” lalu bersabda “ Wahai Jabir, ini adalah salah satu urusan dari urusan Allah dan salah satu rahasia dari rahasia Allah. Engkau jauhilah daripada sebuah praduga karena itu kufur” (Yanabiul Mawaddah, hal 489)
Syiah meletakkan Imam Mahdi sebagai Imam yang maksum, sama dengan rasul-rasul. Masih dalam kitab yang sama, Syeikh Sulaiman al-Balkhi (penyusun) menyebutkan sebuah hadits tentang kemaksuman Imam Syi’ah yang berjumlah dua belas (12) orang itu. Terjemahannya kira-kira begini “ Aku mendengar Rasullulah SAW dan ahlul baitnya berkata, “ pada malam aku mi’raj, Allah berfirman kepadaku : ‘lihatlah disebelah kanan Arasy. Lalu aku berpaling ke arahnya, maka aku dapati Ali, Fatimah, Hasan, Husein, Ali bin Husein, Muhammad bin Ali, Ja’far bin Muhammad, Musa bin Ja’far, Ali bin Musa, Muhammad bin Ali, Ali bin Muhammad, Hasan bin Ali dan Muhammad Al-Mahdi bin Hassan, seperti cakrawala yang berputarputar dikalangan mereka. Dan Dia berfirman : “ wahai Muhammad, mereka itulah hujjah-hujjahKu ke atas hamba-hambaKu, merekalah wasi-wasiku.” (Yanabiul mawaddah, hal 487).

Gerakan Babisme

Setelah seribu tahun menghilangnya Imam keduabelas, lahirlah gerakan Babisme 1260 H/1844 M. perkembangan gerakan ini didukung kepercayaan mesianisme Syi’ah. Bab (pintu) menuju Imam Mahdi diklaim oleh Sayyid Ali Muhammad. Namun tak jelas yang di maksud oleh Ali Muhammad, yang dimaksud Bab itu adalah pintu menuju Imam Mahdi atau Imam Mahdi itu sendiri.
Secara teologis, gerakan ini sangat dipengaruhi oleh doktrin-doktrin saikisme. Bab pada awalnya diyakinkan oleh ramalan-ramalan mesianistik yang diajukan oleh Sayyid Kazim Rasti mengenai akan munculnya mesianis setelah meninggalnya Rasti. Doktrin ajaran Saikisme terlihat dalam kaitannya dengan masalah-masalah qiyamah dan pandangannya tentang watak dan sifat wahyu yang progresif