Mungkin hidup memang tak selalu sesempurna lingkaran, karena hidup adalah kumpulan garis-garis perjalanan. Coretannya kadang membentuk sudut yang sering menyiku atau kadang membentuk sudut yang halus. Mungkin hidup memang tak selalu sesuai pengharapan, karena hidup memang bukan sekumpulan imajinasi dan khayalan dimana lamunannya kadang menawarka keindahan menghempas sedih menolak duka.
Kehidupan dimulai ketika kita telah membalikkan pasir waktu, tak bisa dihentikan dan terus berjalan. Tidak bisa lagi kembali kepada yang sangat jauh kugapai yaitu kemarin. Kehidupan tak semestinya berisi umpulan sesal, lalu memutuskan mencari arah pulang.
Ketika kita sampai pada sebuah pantai kehidupan, maka kita memutuskan untuk membakar sampan kita, berharap dengan begitu kita tak punya niatan untuk kembali pada masa lalu. Hidup harus terus dijalani dengan atau tanpa teman di sisi. Hakekatnya kita memang sepi dalam menelusuri setangkai mawar, durunya kadang menyakitkan meski ujungnya buga indah yang menyenangkan. Tapi siapa yang tahu masa depan? siapa yang bisa merancangnya? Ketika satu persatu duri mawar telah kuinjak aku masih terus berkhayal tentang harumnya bunga. Namun, ketika pasir waktu terus menitik jatuh, sedangkan harum mawar tak kunjung menyapa, akupun memutuskan tak berani lagi berkhayal.
Sakitnya tusukan duri kadang terlupakan meski dilain waktu sering membekas. Lukanya menyadarkanku untuk tak kembali pulang mengendarai sampan sesal. Sakitnya luka itu juga menghentikan aku terlena dalam balutan khayal, imajinasi dan mimpi. perihnya membawaku pada sebuah kesadaran untuk mengikuti semilir angin dan terhanyut mengikuti sungai kehidupan membawaku ke sebuah tujuan.
Dikehingan Tanah Kusir.
01:15 AM
Langit Mularto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar